Dinamika dari Perairan Laut Banda

Hanggareksa Py
8 min readMay 9, 2021

--

Laut Banda merupakan perairan yang berbentuk cekungan (basin) memisahkan paparan sunda di bagian barat dan paparan sahul di bagian timur yang terletak di Kepulauan Maluku dengan ukuran 500 x 1.000 km dan terpisah dari Samudra Pasifik oleh beratus-ratus pulau, serta Laut Halmahera dan Seram. Laut Banda terletak pada koordinat 2⁰ LS sampai 8⁰ LS dan 120⁰ BT sampai 133⁰ BT.

Peta Laut Banda (Sumber : Google Earth)

Laut Banda terletak tidak jauh dari Kepulauan Maluku dan masih menjadi bagian Samudra Hindia namun terpisah oleh beberapa pulau besar dan kecil, serta Laut Halmahera dan Laut Seram. Laut Banda di kelilingi oleh beberapa pulau sekaligus sebagai pembatas laut ini, yaitu Pulau Sulawesi yang berada di bagian barat Laut Banda, Pulau Buru dan Pulau Seram di bagian utara, terdapat Kepulauan Watu Bela, Kepulauann Kai dan Kepulauan Aru di bagian timur serta Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Babar, Kepulauan Damar, Kepulauan Leti dan Pulau Wetar berada di bagain selatan Laut Banda. Tidak jauh dari Pulau Seram tepatnya di bagian selatan terdapat Kepulauan Banda.

Wisata Bahari Laut Banda

  1. Taman Wisata Perairan Laut Banda
Taman Wisata Perairan Laut Banda (Sumber : genpi.co)

Taman Wisata Perairan (TWP) Laut Banda terletak kurang lebih 132 Km sebelah Tenggara Ambon. Secara administratif, Taman Wisata Perairan (TWP) Laut Banda termasuk ke dalam Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Taman laut yang indah seperti surga ini berada di gugusan Pulau Neira, Pulau Gunug Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir, dan Pulau Hatta. Secara ringkas, kecamatan banda pada kawasan pesisir pantai ditemukan formasi percaprea (katang katang), berbagai jenis vegetasi campuran, semak belukar pantai, ladang dan tegalan, pemukiman (kota, kecamatan dan desa), area tambatan kapal motor, area pelabuhan niaga, pelabuhan motor tempel, area wisata terutama di Pulau Molana, dan benteng pertahanan (Duurstede) di Saparua. Memiliki sekitar 310 jenis terumbu karang dan sekitar 871 spesies ikan serta populasi hiu, kerapu, dan kerang purba membuat taman laut Banda menjadi salah satu taman laut yang indah di Indonesia bahkan di dunia. Selain itu pada tahun 2006 taman laut Banda dipilih menjadi kawasan warisan dunia untuk surga bawah laut.

2. Menyelam di Laut Banda

Menyelam di Laut Banda (Sumber : satujam.com)

Kepulauan Banda adalah salah satu tempat yang paling indah untuk menyelam di Indonesia. baik yang sudah ahli menyelam maupun pemula ,menyelam Mulai dari Banda Neira ke tembok vertikal di Pulau Hatta. Ketika menyelam kadang-kadang terlihat ikan hiu, penyu, ikan tuna, lobster dan baraccuda besar. Pulau Banda merupakan grup pulau-pulau vulkanik kecil di Laut Banda, sekitar 140km sebelah selatan pulau Seram dan sekitar 2000km timur Jawa, dan merupakan bagian dari provinsi Maluku. Pusat administratif Bandanaira, terletak di pulau Pulau Banda.

3. Menikmati Pemandangan Laut di Pulau Hatta

Pesisir Pulau Hatta (Sumber : backpackerjakarta.com)

Pulau Hatta merupakan pulau yang mempunyai pantai dan keindahan laut yang paling penuh pesona di Kepulauan Banda. Jadi tak heran, bila banyak orang yang mengatakan Pulau Hatta surganya diving dan snorkling di Banda. Pulau ini wajib bagi traveler untuk dikunjungi. Pulau cantik ini memiliki struktur laut yang unik. Hanya beberapa meter dari garis pantai, langsung menuju palung laut yang biru.

Kondisi Perekonomian

  1. Mata Pencaharian

Perikanan adalah mata pencaharian pokok dengan aktivitas perikanan yang didukung oleh 5.635 nelayan. Kegiatan penambangan karang masih ditemukan di Pulau Rhun yang dilakukan untuk membuat tanggul dan timbunan penahan gelombang laut dan abrasi yang terjadi disekitar pemukiman. Selain dari pada itu juga digunakan untuk bahan bangunan dalam skala kecil untuk kebutuhan rumah tangga atau dinding pagar.

2. Potensi Perikanan

Perairan Teluk Banda Neira merupakan bagian dari Laut Banda, terletak di hadapan pulau Gunung Api Banda. Sebagai bagian dari Laut Banda, daerah ini terkenal subur dan kaya hasil laut, khususnya ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan kerang mutiara yang dibudidayakan. Perikanan adalah mata pencaharian pokok dengan aktivitas perikanan yang didukung oleh 5.635 nelayan. Hal lain yang diungkapkan, potensi laut banda sebagai penghasil ikan pelagis kecil seperti ikan layang, selar, tembang, lemuru dan kembung. Kapal nelayan beroperasi dengan menggunakan mesin (di dalam maupun di luar kapal), yang target utamanya adalah ikan tuna ekor kuning Thunnus albacores atau jenis pelagis lainnya. Sedangkan nelayan yang beroperasi tanpa menggunakan mesin adalah kebanyakan nelayan tradisional yang mencari nafkah dengan peralatan sederhana dan sebagian hasilnya yang terbatas dipasarkan pada pasar lokal.

Kondisi Fisis Laut Banda

  1. Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)
Arus Lintas Indonesia (Sumber : national-oceanographic.com)

Arlindo (arus lintas indonesia)adalah arus dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia lewat selat-selat yang disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut. Arus ini berperan sebagai cabang tertinggi dalam sabuk pengangkut panas global.

Alur masuknya ARLINDO yaitu Selat Makassar, Laut Maluku, dan Laut Halmahera. Selat Makassar juga dianggap sebagai jalur utama masuknya ARLINDO. Massa air yang berasal dari Pasifik Utara bergerak ke wilayah Laut Sulawesi lalu menuju Selat Makassar dan menuju “jantung” perairan Indonesia. Kemudian setelah berada di perairan Indonesia, jalur dari Selat Makassar ini terbagi menjadi dua cabang yaitu menuju ke barat daya Indonesia atau ke Samudera Hindia melalui Selat Lombok dan cabang lainnya bergerak ke wilayah timur Indonesia tepatnya Laut Banda melalui Laut Flores. Di Laut Banda, massa air akan mengalami percampuran dengan massa air yang berasal dari Pasifik Selatan yang masuk melalui Laut Halmahera, Laut Maluku, dan Laut Seram. Campuran massa air yang berada di Laut Banda ini kemudian akan bergerak menuju Samudera Hindia melalui Selat Ombai dan Celah Timor. Gerbang kedua yang dianggap sebagai jalur masuknya ARLINDO adalah Laut Maluku. Massa air dari Pasifik bergerak melalui Laut Maluku menuju Laut Seram dengan melewati Selat Lifamatola kemudian dari Laut Seram bergerak menuju Selat Manipa ke Laut Banda. Dan gerbang ketiga masuknya ARLINDO adalah Laut Halmahera dimana massa air Pasifik Selatan melalui laut ini bergerak menuju Laut Seram dan Cekungan Aru. Kemudian terjadi percampuran dengan massa air yang berasal dari Laut Banda. Setelah tejadinya percampuran, massa air kemudian menuju Samudera Hindia melalui bagian timur Laut Timor.

2. Upwelling Laut Banda

Spot Wilayah Upwelling di Laut Banda (Sumber : kkp.go.id)

Laut Banda memiliki topografi dasar laut yang sangat kompleks dengan bentuk cekungan di bagian barat dan bentuk palung di bagian timur. Topografi dasar laut tersebut turut menentukan dalam mengendalikan pertukaran massa air laut. Perairan ini berfungsi sebagai jantung perairan Indonesia. Pada periode monsun barat (DJF) akan terjadi penurunan massa air yang berlebih (Downwelling) akibat masuknya air laut dari Laut Jawa dan Flores, serta massa air yang mengalir ke Samudera Pasifik.

Kondisi ini mengakibatkan naiknya suhu permukaan laut dan menurunnya salinitas serta unsusr hara. Sebaliknya jika pada monsun timur (JJA) terjadi pergerakan massa air yang dominan ke arah Laut Flores dan Jawa, sementara massa air laut yang masuk dari Samudera Pasifik kecil maka akan terjadi pengangkatan massa air (upwelling).

Proses peningkatan massa air di Laut Banda pada musim timur akibat kekosongan massa air pada lapisan paras mengakibatkan penurunan suhu, salinitas dan pengangkatan unsur hara. Ketersediaan unsur hara diperairan akan berpengaruh pada kelimpahan plankton sebagi sumber utama ikan ekonomis penting seperti tuna, tongkol dan cakalang.

3. Pasang Surut di Laut Banda

Hasil Verifikasi Pasang Surut di Kepulauan Wakatobi Selama 15 Hari pada Tahun 2018 (Sumber : Atmaja, R. R. P., Radjawane, I. M., & Tarya, A. (2019))

Pasang surut laut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut yang terjadi secara periodik yang timbul akibat adanya gaya gravitasi dan gaya tarik menarik benda-benda angkasa terutama oleh bumi, bulan, dan matahari. (Dronkers, 1994). Sistem pasang surut di perairan Indonesia merupakan salah satu sistem pasang surut yang kompleks di dunia akibat pengaruh topografi dasar, variasi garis pantai, dan percampuran penjalaran gelombang pasang surut dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia termasuk Laut Cina Selatan (Wei dkk., 2016).

Melalui verifikasi elevasi muka air laut antara data model dengan data observasi lapangan (gambar verifikasi pasang surut), keduanya memiliki pola yang serupa. Pola pasang surut yang ditunjukkan berupa pola pasang surut campuran condong harian ganda.

Pola Pasang Surut di Pulau Wangi-wangi dan Pulau Kapota (Sumber : Atmaja, R. R. P., Radjawane, I. M., & Tarya, A. (2019))

Pada gambar Pola Pasang Surut di Pulau Wangi-wangi dan Pulau Kapota menunjukkan bahwa siklus pasang surut yang terjadi adalah terdiri atas dua kali kondisi pasang dan dua kali kondisi surut. Hal ini menunjukkan pola pasang surut semidiurnal dalam arah meridional (utara-selatan). Sinyal pasang surut yang dominan di perairan sekitar laut Banda dan laut Flores adalah M2. Sesuai dengan Gambar hasil verifikasi pasang surut, terdapat dua kali pasang dan dua kali surut. Namun, amplitudo saat pasang siklus pertama dan saat pasang siklus kedua memiliki nilai yang berbeda. Begitu pula saat surut siklus pertama dan saat surut siklus kedua, nilai elevasinya pun berkurang jauh. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh lain yang menyebabkan perbedaan elevasi. Hal ini bisa jadi karena adanya pengaruh sinyal pasut lain. Salah satunya karena ada gelombang pasut K1 yang bergerak ke selatan melewati Selat Makassar dan Laut Moluska. Ketika sampai di Laut Banda dan Laut Flores, gelombang pasut ini (K1) bertemu dengan gelombang pasut M2 yang berasal dari Samudera Hindia (Ray dkk, 2005) sehingga terjadi percampuran sinyal pasang surut. Akibatnya amplitudo meningkat saat periode waktu tertentu. Hal ini menyebabkan perbedaan tinggi muka air laut saat siklus pasut pertama dan siklus pasut kedua.

Demikian mengenai penjelasan dinamika dari Laut Banda, terimakasih.

Referensi :

Tapilatu, Y. H. (2016). Profil Oseanografi Biologi Laut Banda: Sebuah Tinjuan Kritis. Jurnal Omni Autika, 12(2), 58–66.

Wijaya, A., Priyono, B., & Mahdalena, N. C. (2018). Karakteristik Spasial Temporal Kondisi Oseanografi Laut Banda dan Hubungannya dengan Potensi Sumberdaya Perikanan. Journal of Fisheries and Marine Research, 2(2), 75–85.

Atmaja, R. R. P., Radjawane, I. M., & Tarya, A. (2019). Pola Arus Pasang Surut di Perairan Wakatobi. Prosiding Seminakel , 1(1), 24–31.

Wijaya, A., Priyono, B., & Mahdalena, N. C. (2018). Karakteristik Spasial Temporal Kondisi Oseanografi Laut Banda dan Hubungannya dengan Potensi Sumberdaya Perikanan. Journal of Fisheries and Marine Research, 2(2), 75–85.

https://www.genpi.co/travel/3201/sensasi-ketenangan-twp-di-laut-banda (Diakses pada 08/05/2021).

https://satujam.com/laut-banda/ (Diakses pada 08/05/2021).

https://backpackerjakarta.com/pulau-hatta-pulau-kecil-sang-proklamator-indonesia/pulau-hatta-maluku-tengah-prov-maluku/ (Diakses pada 09/05/2021).

http://national-oceanographic.com/article/mengenal-arus-lintas-indonesia-arlindo (Diakses pada 09/05/2021).

https://kkp.go.id/ (Diakses pada 09/05/2021).

--

--

Responses (1)