Nilai-Nilai yang Harus Dimiliki Oleh Mahasiswa

Hanggareksa Py
9 min readOct 4, 2019

--

Pengembangan diri merupakan bentuk perwujudan dari aktualisasi diri, yaitu proses untuk mewujudkan dirinya yang terbaik sejalan dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Setiap individu mempunyai kekuatan yang bersumber dari dirinya, namun banyak orang yang merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa, merasa dirinya tidak berguna dan tidak mampu mencapai aktualisasi diri. Setiap orang harus mempunyai 3 keyakinan dasar dalam pengembangan dirinya, yaitu :

ia mau berubah,
ia harus berubah,
ia dapat berubah.
Oleh karena itu pengembangan diri memerlukan kesadaran dan motivasi untuk berubah. (CHANGE)

Berkaitan dengan pengembangan diri, kita perlu melakukan pengenalan diri sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih akurat dan lengkap tentang kelebihan, kekurangan, kebutuhan, dan keunikan dirinya. Selanjutnya perlu dipikirkan beberapa hal berikut :

Dengan cara bagaimana akan memanfaatkan kekuatan kelebihan ?
Dengan cara bagaimana kekurangan dapat diatasi ?
Peluang apa saja yang dapat digunakan untuk memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kekurangan ?
Hambatan apa yang akan dijumpai dalam memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kekurangan?
Berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan maka yang perlu diperhatikan :

Fokuskan pada kelebihan bukan pada kekurangan.
Sikap terhadap kekurangan :
Fokuskan pada kekurangan yang menimbulkan dampak negatif besar dan memang mungkin untuk dirubah.
Janganlah merisaukan kekurangan yang memang tidak dapat diubah, imbangilah dengan melihat dan mengembangkan kelebihan anda.
Jangan terlalu merisaukan kekurangan kecil yang tidak berdampak dalam kehidupan anda.

Manusia merupakan homo socius, atau bisa disebut juga sebagai makhluk sosial. Tak ada satu pun individu yang mampu bergerak sendiri tanpa bantuan sedikitpun. Mahasiswa seharusnya paling paham mengenai kehidupan sosial. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007). Tiap — tiap mahasiswa yang ada di Institut Teknologi Bandung datang dari rumah yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pula. Perbedaan kondisi ini memunculkan sebuah kondisi dimana tak ada lagi kepemilikan sendiri, melainkan kepemilikan bersama. Bahu — membahu mengarungi dunia perkuliahan dijalani bersama. Rasa memiliki atau sense of belonging tanpa disadari akan dimiliki oleh setiap individu ketika mereka sudah memiliki rasa nyaman. Rasa nyaman dengan orang orang yang berinteraksi bahkan lingkungan saat mereka berinteraksi. Kenyamanan tersebut muncul ketika individu tersebut mulai mengetahui dan mengenal lingkungan interaksinya. Setelah setiap individu memiliki rasa sense of belonging akan memunculkan rasa percaya satu sama lain dan mempermudah dalam menjalin komunikasi dan kerjasama. Rasa percaya itu adalah turunan dari sense of belonging. Yang dimaksud rasa percaya disini adalah misalkan saat ada kegiatan atau suatu acara dimana terdapat kepanitiaan di dalamnya, maka dalam kepanitiaan tersebut pasti peran dan porsi tiap orang berbeda. Tidak bisa hanya satu orang saja yang mengerjakan semua bagian. Oleh karena itu, kepercayaan diberikan tujuannya agar dalam kepanitiaan tersebut bisa bekerja secara maksimal.

Potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan diri seseorang baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, akan tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal oleh seseorang. Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potencial. Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya.Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi, 2007:86).Setiap insan memiliki potensi dan kemampuan diri yang sejatinya memang sudah tertanam dalam dirinya sendiri. Namun, kerap kali ditemukan insan tersebut belum bisa menyadari potensi diri yang dapat dikembangkan. Tanpa disadari hal tersebut meenjadi bumerang dalam memproyeksikan visi hidup. Setiap pilihan yang kita pilih, memiliki resiko yang harus ditanggung. Oleh sebab itu sangat diperlukan bagi tiap insan untuk mengetahui potensi diri yang dimiliki dengan berbagai metode yang ada. Setelah mengetahui potensi yang dimiliki akan memudahkan kita dalam memproyeksikan visi hidup. Perencanaan hidup yang lebih terstuktur dan terarah. Selain itu, dengan mengenali potensi diri memudahkan untuk kita untuk memperhitungkan risiko yang akan dihadapi. Sangat diperlukan bagi tiap insan untuk mengetahui potensi diri dan visi yang dimiliki dengan berbagai metode yang ada. Tujuannya adalah agar terdapat perencanaan hidup yang lebih terstuktur dan terarah. Selain itu, dengan mengenali potensi diri memudahkan untuk kita memperhitungkan risiko yang akan dihadapi ke depannya dalam mencapai visi. Dari visi dan potensi tersebut, diharapkan dapat menjadi modal bagi mahasiswa untuk memaksimalkan diri dalam membangun masyarakat jadi lebih baik dan sejahtera.

Kesamaan latar belakang keilmuan dan keprofesian merupakan semangat awal dari terbentuknya Himpunan Mahasiswa Oseanografi “TRITON” ITB. Sudah seyogyanya setiap kader yang akan dan sudah berkegiatan di dalam himpunan ini memiliki kepekaan terhadap isu-isu keilmuan dan keprofesian. Kepekaan tersebut dapat tercermin dari sifat kritis dan pemahaman secara holistik terhadap setiap isu-isu spesifik yang terjadi di dunia. Selain itu, sejatinya mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat. Sehingga , sudah seharusnya setiap pemikiran-pemikiran kritis yang menjadi pondasi dasar tersebut harus dapat menjadi sebuah solusi yang solutif bagi setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan wawasan yang luas, maka informasi atau hal-hal mengenai suatu isu ataupun ilmu pengetahuan dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang bisa berguna bagi banyak orang. Jadi pada intinya kita harus memiliki wawasan yang luas dan nantinya bisa diimplentasikan ke hal yang bermanfaat dan itu bermanfaat bagi orang banyak. tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ketiganya memiliki satu kesamaan; bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Bermanfaat disini berarti bagi diri sendiri dan masyarakat secara luas. Perwujudan dalam tindakan mencakup implementasi dari mimpi dan penyelesaian masalah demi kebaikan bersama. Dalam hal ini kembali pada poin di atas, mahasiswa perlu menyadari peran, posisi, dan potensi dirinya.

Sebelum pemikiran — pemikiran kritis terhadap setiap permasalahan terbentuk, diperlukan sebuah pemahaman dan wawasan yang cukup dalam terhadap suatu isu yang terjadi, dalam hal ini secara spesifik merupakan isu-isu seputar keilmuan oseanografi. Kemudian, besar harapan agar setiap kader nantinya dapat mengimplementasikan pengetahuan seputar keilmuan tersebut ke dalam ranah keprofesian oseanografi. Bentuk pengimplementasian tersebut harus didasari dengan pengetahuan akan bidang keprofesian oseanografi itu sendiri. Demi tercapainya profil tersebut, dibutuhkan potensi penunjang dari tiap — tiap kader seperti kemampuan fisik yang prima agar kelak nantinya dapat terimplementasikan secara maksimal dan menjadi pribadi yang berkarakter. Menjadi pribadi yang berkarakter yang dimaksud adalah menjadi pribadi yang memiliki jiwa empati tinggi, memiliki integritas tinggi, memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, dan menyadari akan kebebasan berpendapat dan pentingnya menghargai pendapat orang lain. Ketika bercerita tentang menajadi pribadi yang berkarakter, diperlukan adanya proses pembentukan pribadi tersebut. Hal ini diperlukan agar seseorang tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan menjadi problem solver dalam lingkungannya.

Rasa memiliki atau sense of belonging tanpa disadari akan dimiliki oleh setiap individu ketika mereka sudah memiliki rasa nyaman. Rasa nyaman dengan orang orang yang berinteraksi bahkan lingkungan saat mereka berinteraksi. Kenyamanan tersebut muncul ketika individu tersebut mulai mengetahui dan mengenal lingkungan interaksinya. Setalh setiap individu memiliki rasa sense of belonging akan memunculkan rasa percaya satu sama lain, mempermudah dalam menjalin komunikasi dan kerjasama. Rasa memiliki (sense of belonging) dalam diri manusia terlihat dari perasaan aman, nyaman, dikenali dan diterima dalam satu kelompok sama halnya seperti ikan dalam air. Tentunya sense of belonging ini berperan besar terhadap kesehatan mental dan secara tidak langsung kesehatan fisik.

Sense of belonging biasanya diartikan sebagai rasa memiliki suatu kelompok atau organisasi dalam diri anggotanya. Tentu sense of belonging adalah salah satu kebutuhan dasar untuk manusia. Tidak hanya itu bahwa sense of belonging juga sebagai pembentuk identitas dalam diri individu dan sebagai motivasi untuk berpartisipasi dalam kelompok apapun.

Sense Of Belonging dalam Organisasi

Manusia memang memiiki perasaan ingin diterima. Ini adalah suatu hal yang wajar. Kebutuhan akan penerimaan itu berlaku dimana saja, termasuk di dalam organsasi. Organisasi selalu memiliki sistemnya sendiri, sehingga ketika pertama kali masuk. Seseorang akan dipaksa untuk beradaptasi. Ketika proses beradaptasi ini berjalan. Rasa memiliki terhadap organisasi pun mulai tumbuh.

Tumbuhnya sense of belonging tidak dapat berdiri sendiri. Organisasi juga harus memfasilitasi hal tersebut, secara tidak langsung ia mulai merasa menjadi bagian didalamnya. Lalu ia akan melihat kondisi sekitar dan mencari cara untuk bisa diterima. Usaha yang dilakukan orang yang apabila dihargai, akan menimbulkan rasa sedih dan empati pada organisasi dan orang yang didalamnya. Sehingga terbentuklah sense of belonging dalam dirinya.

Sense of belonging dalam diri anggota akan memberi dampak positif pada kehidupan organisasi, ia dijadikan sebagai motor untuk kreativitas dan profesionalitas kerja anggota organisasi. Karena rasa memiliki akan menumbuhkan etos kerja yang tinggi, profesional dan optimal.

Tentu akan berlaku hal sebaliknya jika dalam organisasi tidak memiliki sense of belonging maka akan timbul perasaan dikhianati ketika usaha dari individu tidak diakui. Sehingga terbentuklah perasaan tidak nyaman yang bila dibiarkan akan menjadi wabah penyakit yang merusak sistem organisasi itu sendiri.

Ketika berbicara tentang pendidikan tinggi, terdapat amanah yang diemban. Pendidikan tinggi terbentuk karena kebutuhan suatu bangsa akan insan akademis yang dapat menjadi motor penggerak bangsanya. Kemahasiswaan itu sendiri tidak terlepas dari Pendidikan tinggi. Kemahasiswaan memiliki makna yang lebih luas dalam Pendidikan tinggi. Keduanya dapat dikatakan bersinggungan satu dengan lainnya. Dalam kasus ini, HMO “TRITON” ITB bergerak dan bercita-cita untuk mewujudkan mimpi perguruan tinggi yaitu tri darma perguruan tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi rule of model mahasiswa dalam melaksanakan peran fungsinya di perguruan tinggi manapun, inilah tanggung jawab berat, jika bukan mahasiswa yang mengoptimalkan peran tersebut, akan terjadi krisis kepemimpinan, mahasiswa hilang sifat kritisnya, lalu sifat kemanusiaannya, ilmu untuk diamalkan.

Dalam mengemban perannya sebagai insan akademik, mahasiswa harus terbiasa dengan segala situasi kondisi apapun, terbiasa terbentur, berproses, berpola, berdinamika, sehingga menjadi mahasiswa yang paripurna. Layaknya adagium Tan Malaka, ”Terbentur, Terbentur, Terbentur Dan Terbentuk !”. Inilah spirit bagi mahasiwa dalam menjalankan kehidupannya, mengaktualisasikan dirinya, supaya berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Peran pertama dalam optimalisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi bidang pendidikan yakni bagaimana merefleksikan mahasiswa menjadi insan yang terpelajar dan terdidik. Secara teoretik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegang.

Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan merupakan sesuatu yang lumrah, merupakan ciri kayanya khazanah berfikir manusia serta kebermanfaatannya untuk mengembangkan teori mengenai pendidikan. Dari sisi kebijakan nasional, pendidikan dapat dirumuskan secara jelas, dan mudah dipahami oleh semua pihak, dapat diimplementasikan secara tepat dan benar dalam praktik pendidikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Tujuan pendidikan bagi mahasiswa bukan hanya memwujudkan mahasiswa yang cerdas secara keilmuan saja, tetapi juga dalam membangun dan membina karakter mahasiswa itu sendiri. Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan khusus dan eksklusif dalam menghasilkan tujuan pendidikan yang optimal, yaitu to be smart and a good citizenship, pengoptimalan pendidikan yang dilaksanakan baik di persekolahan maupun di tingkat perguruan tinggi, haruslah melahirkan generasi pendidik yang cerdas dan mampu menularkan kepada anak didiknya.

Perlu diperhatikan konsep membina dan memupuk, pendidikan bukan saja mengenai kecerdasan materi, tapi juga berbicara mengenai pembentukan karakter kewarganegaraan, yang bermoral, jika seluruh warga negara Indonesia telah bermoral, maka kehidupan bangsa Indonesia akan tentram, damai, adil dan sejahtera.

Kedua, peran optimalisasi dalam bidang penelitian, Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dimaksud bagaiaman peran mahasiswa dapat menjadi sosok yang dekat dengan lingkungannya, baik ranah kealaman, maupun ranah sosial. Dengan begitu, mahasiswa dapat beradaptasi, memperdalam, menganalisa, dan merekontruksi permasalahan yang ada di lingkungan melalui penelitian.

Penelitian yang dimaksud bertujuan agar terwujudnya sinergitas antara teori yang didapatkan, serta realita di lapangan, jika terdapat permasalahan itulah gunanya ilmu, untuk diaplikatifkan, memecahkan segala permasalahan dalam masyarakat.

Penelitiaan harus menjadi wadah bagi mahasiwa dalam mencerma segala isu dan permasalahan, dan memberikan solusi melalui data dan fakta hasil penelitian yang ditemukan. Hubungannya dengan konteks Pendidikan Kewarganegaraan, optimalisasi peneltian yang diharapkan yaitu terciptanya mahasiwa yang kritis serta solutif.

Dengan kata lain, pemikiran kritis membuat mahasiswa tidak terjebak dalam kepentingan politik sesaat, terlebih mau menggadaikan idealitasnya berafiliasi dengan partai politik. Penelitian yang esensinya menggunakan data, dan mengkonstruksi segala permasalahan sosial, inilah peran mahasiswa yang menjadi penyambung lidah rakyat, sosialisasi kebijakan, kritik kebijakan, yang terukur, sistematis, serta berdasar pada masalah.

Ketiga, peran optimalisasi mahasiwa berupa pengabdian Tri Dharma Perguran Tinggi, kolaborasi yang masif mahasiswa dengan lingkungan sosial kemasyarakatan. Sempit rasanya jika mahasiwa hanya menerima pembelajaran di ruang kelas, lingkungan sosial itu luas, dibatasi oleh tanah dan langit, peluang besar, untuk mahasiswa berproses, teori keilmuan bisa diaplikatifkan demi pengabdian masyarakat, soft skill mahasiswa akan tajam.

Tujuan pengabdian pada masyarakat sejatinya adalah membentuk mahasiswa yang pandai berkomunikasi, bersosialisasi, beradaptasi, terlebih sebagai agen perubahan sosial. Pembelajaran yang tidak didapat di kelas, suatu saat mahasiswa akan kembali pada lingkungan masyarakat, oleh karenanya, persiapan untuk itu dirasa perlu, membentuk mereka sebagai pemimpin, pengabdian masyarakat mengakomodir hal tersebut.

Jika peran pendidikan dan penelitian ini sudah dirasa optimal dalam pelaksanaannya, maka output dari hal tersebut adalah merealisasikannya melalui pengabdian pada masyarakat. Peran pendidikan sebagai transformasi nilai-nilai ilmiah membentuk pemikiran yang matang, baik secara keilmuan maupun aplikatif, seperti pengambilan keputusan (decission making).

Setelah pendidikan, muncul peran yang lebih besar, yaitu penelitian sebagaiamana dijelaskan di atas, sifat kritis mahasiwa dalam menilai, merefleksi isu atau permasalahan dengan bijak, diharapkan agar hasil penelitian tersebut mampu menjawab segala isu dan permasalahan yang ada, semua berdasar data, inilah esensi dari kritis yang solutif.

Level terakhir Tri Dhrama Perguan Tinggi dikenal dengan konsep pengabdian, adalah hasil keterpaduan pendidikan dan peneilitian, maka segala bentuk pengabdian didasari pada pendidikan penelitian, mahasiswa adalah penghubung, agen perubahan sosial, maka pengabdiannya harus mendasar.

Inti dari pengabdian adalah wahana untuk menggadaikan diri demi kebaikan masyarakat, aplikatif teori, wahana pembelajaran, penghubung masyarakat dengan pemangku kebijakan, sosialiasi kebijakan, pembuatan program pemberdayaan masyarakat yang terukur, dan sesuai masalah.

ONI

a=load(‘DataLatihan.txt’);

%a=diff(a)

ACF=autocorr(a);

PACF=parcorr(a);

figure(1)

plot(a)

figure(2)

subplot(2,1,1)

autocorr(a);

subplot(2,1,2)

parcorr(a);

Mdl=arima(2,0,0);

EstMdl=estimate(Mdl,a);

res=infer(EstMdl,a);

stdRes=res/sqrt(EstMdl.Variance);

[h,pValue,stat,cValue]=lbqtest(stdRes,’Lags’,20,’DOF’,18);

Uji hipotesis Data ONI

1.) Ho:r=0; Data tidak berkorelasi dengan model

H1:r≠0; Data berkorelasi dengan model

2.) Chitung>Ctabel, Ho ditolak maka model diterima

Chitung<Ctabel, Ho tidak ditolak maka model tidak diterima

Kesimpulan :

3.)Didapat modelnya : AR(2):Yt=µ+ Ø1Yt-1+ Ø2Yt-2+et

Karena Chitung>Ctabel maka Ho ditolak, data berkorelasi dengan model, sehingga model dapat digunakan untuk analisis deret waktu

DMI

a=load(‘DMI82.txt’);

%a=diff(a,1)

ACF=autocorr(a);

PACF=parcorr(a);

figure(1)

plot(a)

figure(2)

subplot(2,1,1)

autocorr(a);

subplot(2,1,2)

parcorr(a);

Mdl=arima(2,1,2);

EstMdl=estimate(Mdl,a);

res=infer(EstMdl,a);

stdRes=res/sqrt(EstMdl.Variance);

[h,pValue,stat,cValue]=lbqtest(stdRes,’Lags’,20,’DOF’,15);

Uji Hipotesis DMI

1.) Ho:r=0; Data tidak berkorelasi dengan model

H1:r≠0; Data berkorelasi dengan model

2.) Chitung>Ctabel, Ho ditolak maka model diterima

Chitung<Ctabel, Ho tidak ditolak maka model tidak diterima

Kesimpulan :

3.) Didapat modelnya adalah ARIMA(2,1,2):Zt= µ+ (Ø1Yt-1+ Ø2Yt-2)+(et- θ1et-1- θ2et-2)

Karena Chitung<Ctabel maka Ho tidak ditolak, data tidak berkorelasi dengan model, sehingga model tidak dapat digunakan untuk analisis deret waktu

MA(2):Yt= µ+et-θ1et-1- θ2et-2

--

--

No responses yet